Pemikiran Mahatma Gandhi Dan
Sumbangannya Terhadap Agama Hindu
MAKALAH
Disusun
Oleh:
Herman
Teguh Irawan
(1111032100011)
A. Pendahuluan
Perjuangan Gandhi untuk meraih kemerdekaan tidak
lepas dari ajaran-ajarannya(utamanya dari ajaran agama Hindu) yang dipraktikkan
dalam hidupnya.Dalam menjalankan Aksi perlawanannya,ia selalu mengedepankan
nilai-nilai kemanusiaan sebagai basis dasar gerakannya.Untuk memahami lebih
jauh ajaran atau prinsip-prinsip anti kekerasan gandhi.
Pada kesempatan ini, kami mencoba
untuk mengulas pergulatan Gandhi dalam menggali pengalaman hidupnya yang banyak
terinspirasi dari kitab-kitab suci, seperti al-Kitab, al-Quran, Bhagavad Gita
dan lainnya. Yang pada gilirannya, dari pergulatan inilah Gandhi memperoleh
spirit gagasan Ahimsa, Satyagraha, Swadesi, Hartal.
B. Biografi.
Gandhi lahir di Porbandar pada 2
Oktober 1869, dari seorang Ayah yang bernama Karamchand Gandhi alias Kaba
Gandhi dan seorang Ibu yang bernama Pulitbai. Ia dibesarkan oleh orangtua
Hindu, Gandhi menemukan banyak kesempatan di masa mudanya untuk bertemu orang
dari semua agama. Dia memiliki teman-teman Kristen dan Muslim, serta menjadi
sangat dipengaruhi oleh Jainisme di masa mudanya. Gandhi mungkin mengambil
prinsip religius Ahimsa (tidak membahayakan) dari tetangga lain, dan dari itu
mengembangkan prinsip sendiri terkenal dari Satyagraha (kekuatan
kebenaran) di kemudian hari dalam hidupnya.
Kaba Gandhi adalah seorang
Ayah yang tidak berpendidikan, buta terhadap sejarah dan geografi. Namun
kekayaan pengalamanya dalam urusan praktis, bermanfaat memberikan solusi di
hampir setiap permasalahan yang ruwet dan dalam menangani ratusan orang. Beliau
jarang bersembahyang, namun memiliki semacam kebiasaan religius, yakni secara
berkala menggunjungi kuil dan mendengarkan ceramah keagamaan yang berlaku bagi
kebanyakan umat Hindu.
Pulitbai adalah istri
terakhir Kaba Gandhi, yang memberinya seorang putri dan tiga orang putra, dan
Mohandas Karamchand Gandhi adalah anak termuda. Ibunya memiliki pengetahuan
yang amat luas. Ia memahami segala masalah Negara, dan para wanita yang duduk
di jajaran dewan sangat mengagumi kecerdasannya.
Pada 1947, India menjadi merdeka dan pecah menjadi dua
negara, India dan Pakistan. Hal
ini tidak disetujui Gandhi.
Prinsip Gandhi, satyagraha,
sering diterjemahkan sebagai "jalan yang benar" atau "jalan
menuju kebenaran", telah menginspirasi berbagai generasi aktivis-aktivis
demokrasi dan anti-rasisme seperti Martin
Luther King, Jr. dan Nelson Mandela Gandhi sering mengatakan kalau nilai-nilai
ajarannya sangat sederhana, yang berdasarkan kepercayaan Hindu tradisional:
kebenaran (satya), dan non-kekerasan (ahimsa).
Pada 30 Januari 1948, Gandhi dibunuh seorang lelaki
Hindu yang marah kepada Gandhi karena ia terlalu memihak kepada Muslim.
Ajaran dan sosok
Gandhi telah menjadi milik dunia. Ia telah mendarmabaktikan pemikiran dan
hidupnya untuk memajukan dunia, mewujudkan perdamaian abadi yang dilandasi
kebenaran, keadilan, dan cinta kasih yang tulus. Gandhi terkenal sebagai
seorang experimenter dalam pengembangan ‘perang’ tanpa kekerasan.
Salah satunya adalah kemanjuran strategi kebenaran dan diplomasi dengan prinsip
satyagraha dan ahimsa disamping swadesi ,dan Hartal.
Aksi
Sosial Gandhi Melawan Penindasan
Seperti telah
disinggung di muka, Gandhi adalah seorang Jainis yang mana di dalam aliran ini
(Jainisme) memiliki paham bahwa meneruskan hidup berarti selalu aktif secara
fisik, kata-kata dan pikiran. Itu berarti bahwa manusia harus selalu aktif
dalam melaksanakan tugas sehari-hari. Keaktifan ini harus juga berhadapan
dengan pelbagai situasi kemanusiaan seperti suka dan duka, untung dan malang.
Namun, yang paling penting ialah bagaimana kita dapat membangun diri kita dalam
situasi-situasi itu. Sukses dan keberhasilan adalah sesuatu yang diusahakan dan
dicari.[1]
Kemerdekaan India
atas penjajahan Inggris tidak lepas dari peran perjuangan Gandhi. Bangsa India
dapat mencapai kemerdekaannya pada tanggal 15 Agustus 1947 dengan cara damai
dan pantang kekerasan. Perjuangan Gandhi untuk meraih kemerdekaan India tidak
lepas dari ajaran-ajarannya yang ia praktekkan dalam hidupnya. Gandhi dalam
menjalankan aksi perlawanannya selalu mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan
sebagai basis dasar gerakannya. Beberapa gerakan tersebut antara lain sebagai
berikut:
Ø Ahimsa
Secara
harfiah ahimsa berarti “tidak menyakiti”, tetapi menurut ghandi pengertian
seperti itu belum cukup, menurutnya ahimsa berarti menolak keinginan untuk
membunuh dan tidak membahayakan jiwa,
tidak menyakiti hati,tidak membenci,tidak membuat marah,tidak mencari
keuntungan diri sendiri dengan meperalat serta mengorbankan orang lain.Ghandi memandang ahimsa dan
kebenaran (satya) ibarat saudara kembar yang sangat erat, namun membedakannya
dengan jelas bahwa ahimsa merupakan sarana mencapai kebenaran, sedangkan
kebenaran (satya) sebagai tujuannya.[2]
Pengertian
ahimsa sebagai sebagai suatu sarana berarti tidak mengenal kekerasan untuk
mencapai kebenaran, baik dalam wujud pikiran,ucapan,maupun tindakan. Justru
kebalikannya,ahimsa harus menciptakan suasana membangun ,cinta,dan berbuat bauk
kepada orang lain meskipun orang lain itu telah menyakitinya,bahkan terhadap
musuhnya sekalipun.
Ø Satyagraha
Secara
harfiyah satyagraha berarti suatu pencarian kebenaran dengan tidak mengenal
lelah. Berpegang teguh pada kebenaran
artinya satyagraha merupakan jalan hidup seorang yang
berpegang teguh terhadap tuhan yang maha esa dan mengabdikan seluruh hidupnya
pada Tuhan Yang Maha Esa.Karena jalan satu-satunya untuk mencapai tujuan ini adalah
dengan sarana ahimsa,maka satyagraha juga berarti”mengejar tujuan benar dengan sarana
ahimsa.
Ø Swadesi
Pengertian
swadesi adalah cinta tanah air sendiri,cara mengabdi kepada masyarakat yang
sebaik-baiknya kepada lingkungannya sendiri lebih dahulu. Ghandi secara jelas
memberikan urutan swadesi ini,yaitu pengabdian diri untuk keluarga,pengorbanan
keluarga untuk desa,desa untuk keluarga dan negara untuk kemanusiaan.Maksud
Ghandi agar swadesi ditaati untuk menciptakan ketentraman dunia,sedangkan
pengingkaran terhadapnya mengakibatkan kekacauan.Pelaksanaan swadesi ini antara
lain:Sebisa-bisanya agar membeli segala keperluan dari dalam negeri dan tidak
membeli barang-barang import,bila barang-barang tersebut dapat dibuat dalam
negri sendiri.Melihat situasi dan kondisi waktu itu kemungkinan untuk
melaksanakan anti import barang-barang asing sebagai protes dan boikot terhadap
kaum penjajah.
Ø Hartal
Hartal
semacam pemogokan nasional,toko-toko ditutup sebagai protes politik dan para
pekerja melakukan pemogokan massal.Untuk pertama kalinya Ghandi memutuskan
untuk menentang pemerintah kolonial Inggris di india. Ia Memutuskan
melaksanakan hartal.ia mengatakan bahwa suatu hari kegiatan dagang harus
dihentikan,toko-toko tutup,dan pekerja –pekerja mogok.Hartal ini merupakan
permulaan dari perjuangan selama 28 tahun, yang berakhir dengan penjajahan
inggris menghentikan koloninya atas bangsa india. Hartal dilakukan oleh rakyat
india sebagai sebuah protes politik,namun hari-hari mogok itu dihabiskan dengan
berpuasa dan kegiatan keagamaan lainnya.[3]
D. Konsep
Filosofis Tentang Masyarakat
Pandangan yang
berbeda tentang konsep masyarakat banyak dikemukakan oleh para filosof,baik
klasik maupun kontemporer. Perbedaan pandangan tersebut biasanya terjadi karena
asumsi dasar yang mengonstruksi pemikirannya juga berbeda. Itulah sebabnya,
konsepsi masyarakat menjadi banyak variannya tergantung dari sudut pendekatan
yang digunakan.
E. Masyarakat
Tanpa Kekerasan Menurut Gandhi
Pada dasarnya
gagasan Gandhi tentang masyarakat tidak bisa dilepaskan dari gagasan pokoknya
tentang prinsip-prinsip pola reaksi antar manusia untuk hidup berdampingan
secara damai, toleran, dan jauh dari perilaku kekerasan. Pola relasi antarmanusia yang kemudian berada dalam
suatu tempat adalah jaminan pertama dan utama yang membentuk masyarakat.
Artinya, masyarakat adalah suatu komunitas yang terjadi dan terbentuk dari
proses relasi antarmanusia yang menduduki suatu wilayah tertentu.
Gandhi
berkeyakinan bahwa manusia adalah
makhluk yang kompleks dan unik yang slalu mengalami proses perkembangan dari
Himsa menuju Ahimsa. Manusia sebagai makhluk otonom misalnya,selalu berusaha
sekuat tenaga untuk membangun hubungan baik dengan sesama. Itulah yang memberikan suatu pendasaran
tentang konsepsi masyarakat bagi Gandhi, Bahwa masyarakat terbentuk karena
kehadiran manusia sebagai makhluk otonom dan berkorelasi. Faktor berkorelasi tersebut memberikan suatu
ikhtiar bagi manusia untuk tidak memusnahkan manusia lainnya dan menghindarkan
diri dari perilaku himsa atau kekerasan.
Menurut Gandhi ,
dalam setiap pengabdian dalam masyarakat, tidaklah mungkin saling melepaskan
diri dari bagian-bagiannya. Kewajiban sesorang terhadap dirinya sendiri, kepada
keluarganya,kepada bangsanya dan kepada seluruh dunia, misalnya,kepada bangsanya dan kepada
seluruh dunia,misalnya mutlak,mutlak saling berkaitan. Tidak mungkin seseorang
berjasa kepada tanah airnya dengan merugikan diri sendiri atau
keluarganya.Sehingga wujud dari pengabdian seseorang kepada masyarakat adalah
membangun secara bersama-sama kepentingannya masing-masing dengan tetap
mengedepankan kepentingan bersama.[4]
F.
Gandhi dan Agama Hindu
Gandhi adalah
seorang Hindu ortodok tapi juga seorang reformator Hindu sebab ia mempraktikan
apa yang ia sampaikan. Bagi Gandhi kebenaran juga adalah kesadaran akan
kesatuan diri kita dengan seluruh universium atau meleburnya jiwa (merging)
individual ke dalam jiwa universal. Sementara dalam agama Hindu terdapat
beberapa ajaran tentang pengakuan adanya realitas tertinggi, ajaran tentang
jiva (jiwa), ajaran tentang karma, dan ajaran tentang pelepasan atau
pembebasan.
Ajaran-ajaran
di atas memiliki hubungan yang erat dengan Mahatma Gandhi yang juga seorang
Jainis. Berkat Gandhi, agama Hindu memiliki tempat yang berarti bagi kehidupan
kemanusiaan. Karena, Gandhi adalah seorang sannyasin asketis yang meniadakan
pembatas antara hidup doa dan tindakan atau perbuatan sehari-hari, antara agama
dan politik. Namun, baginya masih memilki keterkaitan sebab yang terbatas dan
tak terbatas tidak terpisah tapi saling berhubungan secara mendalam. Tidak ada
konflik antara keadaan pembebasan dengan keadaan terbelenggu (bondage), antara
dharma sebagai kewajiban moral dan mokhsa. Mokhsa bersifat individual sekaligus
universal yang merupakan buah dari dharma setiap orang dan dharma komunitas.
G. Penghargaan
untuk gandhi
Gandhi tidak pernah menerima
Penghargaan perdamaian nobel, meski dia dinominasikan lima kali antara 1937 dan 1948. Beberapa
dekade kemudian, hal ini disesali secara umum oleh pihak Komite Nobel. Ketika Dalai Lama dianugerahi Penghargaan Nobel pada 1989, ketua umum
Komite mengatakan bahwa ini merupakan "sebuah bentuk mengenang Mahatma
Gandhi".
Museum elektronik Nobel mempunyai
artikel mengenai hal tersebut. [5]
Sepanjang hidupnya, aktivitas Gandhi
telah menarik berbagai komentar dan opini. Misalnya, sebagai penduduk Kerajaan
Britania, Winston Churchill pernah
berkata "Menyedihkan...melihat Mr. Gandhi, seorang pengacara Kuil
Tengah yang menghasut, sekarang tampil sebagai seorang fakir yang tipenya umum
di Timur, menaiki tangga Istana Viceregal dengan
badan setengah-telanjang." Begitu juga dengan Albert Einstein yang berkomentar berikut mengenai
Gandhi: "(Mungkin) para generasi berikut akan sulit mempercayai bahwa
ada orang seperti ini yang pernah hidup di dunia ini."
Karya Mahatma Gandhi tidak
terlupakan oleh generasi berikutnya. Cucunya, Arun Gandhi dan Rajmohan Gandhi dan bahkan anak cucunya, Tushar Gandhi, adalah aktivis-aktivis
sosio-politik yang terlibat dalam mempromosikan non-kekerasan di seluruh dunia.
Kata kebajikan yang dikenang Mahatma
Gandhi:
“
|
Cinta tidak pernah meminta, ia
sentiasa memberi, cinta membawa penderitaan, tetapi tidak pernah berdendam,
tak pernah membalas dendam. Di mana ada cinta di situ ada kehidupan; manakala
kebencian membawa kepada kemusnahan.
|
”
|
“
|
Jadilah kamu manusia yang pada
kelahiranmu semua orang tertawa bahagia, tetapi hanya kamu sendiri yang
menangis dan pada kematianmu semua orang menangis sedih, tetapi hanya kamu
sendiri yang tersenyum.
|
REFERENSI
v Gandhi, M. K., Mahatma Gandhi; Sebuah
Autobiografi, terj. Andi Tenri W, Yogyakarta: Narasi, 2009
v Gandhi, Mahatma, Kehidupan Ashram dari Hari ke
Hari, terj. Gedong Bagus Oka, Denpasar : Yayasan Bali
v http://id.wikipedia.org/wiki/Warisan_ajaran_Gandhi_di_Indonesia
v I Ketut Wisarja,
Gandhi dan masyarakat tanpa kekerasan,2007,Surabaya:PT.Paramita
v http://en.wikipedia.org/wiki/Mohandas_Karamchand_Gandhi
v Murni, Tri. Mahatma Gandhi Pejuang Tanpa
Kekerasan, Djabatan,1994.
v http://en.wikipedia.org/wiki/Mohandas_Karamchand_Gandhi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar