Sad
Darsana (Filsafat Yoga)
Oleh:
Faur Rasyid
1. Pendahuluan
Ada banyak jalan untuk mencapai kebenaran tertinggi. Jalan yang berbeda-beda itu tampakanya memiliki tujuan yang sama yaitu sebuah penyatuan tertinggi antara Atman dengan Brahman. Kita lahir berulang kali untuk meningkatakan perkembangan evolusi jiwa. Dan masing-masing dari kita berada pada tingkat pemahaman yang berbeda-beda.
Karena itu tiap orang disiapkan untuk tingkat
pengetahuan spiritual yanag berbeda pula. Semua jalan rohani yang ada di dunia
ini penting karena ada orang-orang yang membutuhkan ajarannya. Penganut suatu
jalan rohani dapat saja tidak memiliki pemahaman lengkap tentang sabda Tuhan
dan tidak akan pernah selama masih berada dalam jalan rohani tersebut.Ada banyak jalan untuk mencapai kebenaran tertinggi. Jalan yang berbeda-beda itu tampakanya memiliki tujuan yang sama yaitu sebuah penyatuan tertinggi antara Atman dengan Brahman. Kita lahir berulang kali untuk meningkatakan perkembangan evolusi jiwa. Dan masing-masing dari kita berada pada tingkat pemahaman yang berbeda-beda.
Jalan
rohani itu merupakan sebuah batu loncatan untuk pengetahuan yang lebih lanjut.
Setiap jalan rohani memenuhi kebutuhan rohani yang mungkin tidak dapat dipenuhi
oleh jalan rohani yang lain. Tidak satupun jalan rohani yang memenuhi kebutuhan
semua orang di segala tingkat. Saat satu individu masih tingkat pemahamannya tentang
Tuhan dan perkembangan dalam dirinya, dia mungkin merasa tidak terpenuhi oleh
pengajaran jalan rohani sebelumnya dan mencari jalan rohani yang lain untuk
mengisi kekosongannya. Bila hal itu terjadi, maka orang tersebut telah meraih
tingkat pemahaman yang lain dan akan merindukan kebenaran serta pengetahuan
yang lebih luas, dan kemungkinan lain untuk tumbuh.
Dengan
demikian kita tidak berhak untuk mencerca jalan rohani yang lain. Semua
berharga dan penting di mata-Nya. Ada pemenuhan sabda Tuhan, akan tetapi
kebanyakan oaring tidak meperolehnya di sini untuk bisa meraih kebenaran, kita
perlu mendengarkan roh dan melepas ego kita. Dan Yoga sebagai salah satu jalan
yang bersifat universal adalah salah satu jalan rohani dengan tahapan-tahapan
yang disesuaikan dengan kemapuan spiritual seseorang. Secara historis, aliran
yoga yang paling penting dalam Hinduisme adalah sistem klasik dan Patanjali.
2. Filsafat
Yoga
a.
Pengertian Filsafat Yoga
Yoga
berasal dari bahasa Sanskerta berarti "penyatuan", yang bermakna
"penyatuan dengan Sang Pencipta". Yoga merupakan salah satu
dari enam ajaran dalam filsafat Hindu, yang menitikberatkan pada aktivitas tapa
di mana seseorang memusatkan seluruh pikiran untuk mengontrol panca inderanya
dan tubuhnya secara keseluruhan. Yoga secara harfiah berasal dari suku
kata “yuj” yang memiliki arti menyatukan atau menghubungkan diri dengan
Tuhan. Kemudian Patanjali memberikan definisi tentang yoga yaitu mengendalikan
gerak-gerak pikiran. Ada dua hal yang penting sebagai seorang praktisi
yoga adalah melatih secara terus menerus sekaligus tidak terikat dengan hal-hal
duniawi. Secara spiritual Yoga merupakan suatu proses di mana identitas jiwa
individual dan jiwa Hyang Agung disadari oleh seorang yogi, Yogi adalah orang
yang menjalani yoga, orang yang telah mencapai persatuan dengan Hyang Agung.
Jiwa
manusia dibawa kepada kesadaran akan hubungan yang dekat dengan sumber realitas
(Hyang Widhi). Seperti setitik air yang bersatu dengan air di samudra. Yoga
adalah ketenangan hati, ketentraman, keahlian dalam bertingkah laku, Segala
sesuatu yang terbaik dan tertinggi yang dapat dicapai dalam hidup ini adalah
Yoga juga, Yoga mencakup seluruh aplikasi yang inklusif dan universal yang
mengantar kepada pengembangan / pembangunan seluruh badan, pikiran dan jiwa.
Kata Yoga artinya hubungan. Hubungan antara rokh berpribadi dengan rokh yang universal yang tidak berpribadi. Dalam hal ini Rsi Patanjali mengartikan yoga sebagai penghentian gerakannya pikiran.
Kata Yoga artinya hubungan. Hubungan antara rokh berpribadi dengan rokh yang universal yang tidak berpribadi. Dalam hal ini Rsi Patanjali mengartikan yoga sebagai penghentian gerakannya pikiran.
Ajaran Yoga adalah anugrah yang luar biasa
besarnya dari Rsi Patanjali kepada siapa saja yang melaksanakan hidup
kerokhanian. Ajaran ini merupakan bantuan kepada mereka yang ingin menginsyafi
kenyataan adanya roh sebagai azas yang bebas, bebas dari tubuh indrinya dan
pikiran yang terbatas.
Yoga
sebagai cara untuk menguasai pikiran, agar supaya kesadaran yang biasa diganti
dengan yang luar biasa, sebagai bukti bahwa orang telah mendapat pengalaman
mistis yang sungguh-sungguh, telah dikenal orang India sejak zaman kuna. Di
zaman yang kemudian yoga menghubungkan diri dengan aliran agama dan filsafat
yang bermacam-macam, atau mungkin lebih tepat dikatakan, bahwa tiap aliran
mencoba memberikan dasar yang teoritis kepada yoganya.
Yoga
dalam gerakannya berorientasi menciptakan suasana batin yang tenang untuk
mencapai atau menyatu-nya ruh individu dan ruh universal. Muara dari orientasi
tersebut adalah kedamaian batin yang merupakan landasan dari kebahagiaan
manusia. Yoga mengajarkan ketenangan dalam menyikapi permasalahan atau konflik
yang terjadi antara individu. Yoga menjawab permasalahan dalam cabang filsafat
etika tentang apa yang menyebabkan kebahagiaan manusia.
Yoga
merupakan implementasi dari etika dalam filsafat. Perkembangan yang
terjadi dewasa ini, yoga yang ada saat ini berbeda dengan yoga pada awal
kemunculannya. Dewasa ini, yoga memiliki ribuan aliran, namun terdapat 9
(Sembilan) aliran yang disesuaikan dengan kebutuhan manusia, antara lain Jnana
Yoga, Karma Yoga, Bhakti Yoga, Yantra Yoga, Tantra Yoga, Mantra Yoga, Kundalini
Yoga, Hatha Yoga dan Raja Yoga. Beberapa diantara aliran yoga tersebut
berorientasi pada proses penenangan hati dan dapat menjadi pengobatan
alternatif. Namun yang sekarang banyak dipakai adalah Hatha Yoga atau penyatuan
melalui penguasaan tubuh dan nafas secara olah fisik.
Sistem
filsafat yang dipakai untuk mendasari sistem yoga terang diambil dari ajaran
Sankhya. Sebab juga yoga mengajarkan bahwa :
Ø Benda dan roh adalah
kenyataan terakhir dari segala sesuatu ( prakrti dan purusa)
Ø Bahwa jumlah purusa adalah banyak sekali
Ø Bahwa jumlah purusa adalah banyak sekali
Ø
Bahwa alam semesta dialirkan satu sumber, yaitu prakrti
Ø
Keduapuluh lima azas yang diajarkan oleh sankhya, yaitu purusa dan
prakrti dengan perkembangannya dari mahat hingga anasir kasar ( mahat, buddhi,
ahamkara, manas, buddhendrya, karmendriya, tanmatra, dan mahabhuta) diterima
juga oleh yoga, sekalipun dengan perubahan sana-sini.
Konsepsi
yang paling penting di dalam sistem yoga adalah citta. Citta dipandang sebagai
hasil pertama dari perkembangan prakrti, yang meliputi juga ahamkara dan manas.
Jadi yang dimaksud dengan citta ialah gabungan buddhi, ahamkara, dan manas.
b. Tokoh Filsafat Yoga
b. Tokoh Filsafat Yoga
Tokoh
pertama dari filsafat yoga adalah Rsi Patanjali yang menulis dalam karyanya
Yoga Sutra pada abad yang kelima masehi. Beliau pendiri sistim ajaran yoga,
walaupun unsur-unsur ajarannya sudah ada sebelum karya tulis ini. Kemudian
muncullah buku-buku komentar atas ajaran beliau seperti Byasa-bhasya tulisan
Byasa Nitti tulisan Bhojaraja dan lain-lain.
Komentar-komentar ini menguraikan ajaran-ajaran yoga Rsi Patanjali yang ditulis dalam kalimat-kalimat pendek yang padat isinya. Pada kira-kira tahun 650-850Waysa menulis keterangan tentang isi buku Rsi Patanjali dengan memberikan tekanan kepada permenungan.
c. Isi Kitab Yoga Sutra
Komentar-komentar ini menguraikan ajaran-ajaran yoga Rsi Patanjali yang ditulis dalam kalimat-kalimat pendek yang padat isinya. Pada kira-kira tahun 650-850Waysa menulis keterangan tentang isi buku Rsi Patanjali dengan memberikan tekanan kepada permenungan.
c. Isi Kitab Yoga Sutra
Yoga
terdiri dari empat kitab dan tiap orang boleh memilih beberapa diantara yang
empat itu sesuai dengan bakat dan kemampuan masing-masing yaitu :
v
Bakthi yoga yaitu dengan sujud bakti, dengan rasa cinta yang mendalam
kepada Tuhan.
v Karma yoga yaitu dengan melakukan kewajiban-kewajiban dan perbuatan-perbuatan baik,dengan ikhlas tanpa pamrih.
v Karma yoga yaitu dengan melakukan kewajiban-kewajiban dan perbuatan-perbuatan baik,dengan ikhlas tanpa pamrih.
v
Jnana yoga yaitu dengan jalan pengetahuan atau filsafat, tetapi yang
dimaksud semula adalah pengetahuanyang berdasarkan intuisi.
v
Raja yoga yaitu dengan jalan mistik, yang terdiri dari beberapa tahap
yang disebut dengan Assatangga Yoga. Ini merupakan jalan yang paling sulit yang
hanya cocok bagi orang yang berbakatuntuk menjalankan tapa.
3. Etika
Yoga
Dalam
filsafat yoga maka yoga berarti penghentian kegoncangan-kegoncangan pikiran.
Ada lima keadaan pikiran itu. Keadaan pikiran itu ditentukan oleh intensitas
sattwa, rajas dan tamas. Kelima keadaan pikiran itu ialah:
a.
Ksiptaartinya tidak diam-diam
Dalam keadaan ini
pikiran diombang ambingkan oleh rajas dan tamas dan ditarik-tarik oleh objek
indranya dan sarana-sarana untuk mencapainya. Pikiran melompat-lompat dari satu
objek ke objak yang laint tanpa mengaso pada satu objek
b. Mudha artinya lamban dan malas
b. Mudha artinya lamban dan malas
Ini disebabkan oleh
pengaruh tamas yang menguasai alam pikiran. Akibatnya orang yang alam
pikirannya demikian cenderung lebih bodoh, senang tidur dan sebagainya.
c. Wiksipta artinyabingung, kacau.
c. Wiksipta artinyabingung, kacau.
Hal ini disebabkan oleh
pengaruh rajas. Karena pengaruh ini pikiran mampu mewujudkan semua objek dan
mengarahkannya kepada kebajikan, pengetahuan dan sebagainya. Ini merupakan
tahap pemusatan pikiran pada suatu objek namun sifatnya sementara sebab akan
sisusul lagi oleh kekuatan pikiran.
d.
Ekagra artinya terpusat.
Disi citta terhapus
dari cemarnya rajas sehingga sattvalah yang kuasa atas pikiran. Ini merupakan
awal pemusatan pikiran pada suatu objek yang memungkinkan ia menetahui alamnya
yang sejati sebagai persiapan untuk menghentikan perobahan-perobahan pikiran.
e. Niruddha
artinya terkendali.
Dalam tahap ini
berhentilah semua kegiatan pikiran, hanya ketenanganlah yang ada.
Ekagra dan Niruddha merupakan bantuan dan persiapan untuk mencapai tujuan akhir yaitu kelepasan. Ekagra bila berlangsung terus menerus disebut samprajnata yoga atau mediasi yang dalam yang padanya ada perenungan kesadaran akan suatu objek yang terang.
Ekagra dan Niruddha merupakan bantuan dan persiapan untuk mencapai tujuan akhir yaitu kelepasan. Ekagra bila berlangsung terus menerus disebut samprajnata yoga atau mediasi yang dalam yang padanya ada perenungan kesadaran akan suatu objek yang terang.
Ada empat macam
samprajnana yoga menurut jenis obat renungannya, keempat jenis itu ialah :
a.
Sawitarka ialah bila pikiran itu
dipusatkan pada suatu objek benda kasar seperti arca dewa atau dewi.
b.
Sawicara ialah bila pikiran itu dipusatkan pada suatu objek yang halus
yang tidak nyata seperti tanmatra.
c.
Sananda ialah bila pikiran itu dipusatkan pada suatu objek yang halus
seperti rasa indranya.
d.
Sasmita ialah bila pikiran itu dipusatkan pada asmita yaitu anasir rasa
aku yang biasanya rokh menyamakan dirinya dengan ini.
4. Astangga Yoga
Ajaran
sankhya yoga mengatakan bahwa kelepasan itu dapat mencapai melalui pandangan
spiritual pada kebenaran rokh sebagai suatu daya hidup yang kekal yang berbeda
dengan badan dan pikiran. Pandangan spiritual seperti tersebut diatas ini hanya
dapat dimiliki bila pikiran itu bersih. Tenang tak digoncangkan oleh apapun
juga. Untuk meningkatkan kebersihan pikiran itu yoga mengajarkan adanya 8 jalan
yang bertahap-tahap yang disebut astangga yoga yaitu :
a. Yama,
yaitu dilarang melakukan kekerasan (himsa), berbohong, mencuri, seks bebas,
rakus, iri hati.
b.
Niyama, yaitu anjuran menjaga kebersihan
lahir batin, lingkungan, kesederhanaan, bersyukur selalu untuk apa adanya,
rajin belajar dan setia pada pasangan hidup, guru, orang tua, negara, dan
seterusnya.
c.
Asana, yaitu pelatihan atau posisi posisi
hatha-yoga menyeluruh yang meliputi gerakan-gerakan sambil berdiri, duduk,
berbaring dan juga secara akrobatis demi menjaga otot-otot persendian,
organorgan bagian dalam dan luar tubuh.
d.
Pranayama: Pernafasan yang dilatih secara
sistematis, baik secara individual maupun berkelompok.
e.
Pratihara: memusatkan pikiran dan perhatian ke
dalam diri, membatasi diri dari berbagai rangsangan-rangsangan duniawi yang
mengikat dan negatif melalui berbagai panca indra kita.
f.
Dharana: memusatkan perhatian pada suatu
hal dalam kehidupan ini, 6-7-8 harus dibawah guru spritual yang handal dan non
pamrih.
g.
Dhyana: meditasi ke arah ketenangan.
h.
Samadi: pencerahan spritual akan hakekat
diri manusia itu sendiri dan hubungannya dengan Sang Pencipta.
Kandungan
metafisika dan etika dalam dunia filsafat sangat mengena jika melihat 8
(delapan) prinsip dasar dari yoga. Prinsip-prinsip tersebut mengarah pada
hubungan antara jiwa (spiritual) yang dikelola melalui raga untuk mencapai
ketenangan batin dalam meraih kebahagiaan.
5. PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Yoga sebagai sebuah cara atau jalan untuk mengendalikan pikiran yang terobyektifkan serta kecendrungan alami pikiran dan mengatur segala kegelisahan-kegelisahan pikiran agar tetap tak terpengaruh sehingga bisa mencapai penyatuan antara kesadaran unit dan kesadaran kosmik.
Astangga yoga merupakan
tahapan-tahapan yang harus dijalankan bagi seseorang yang ingin meningkatkan
kualitas spiritual. Astangga Yoga berarti delapan tahapan yang harus
dilaksanakan dalam beryoga. Bagian-bagian dari Astangga Yoga yaitu Yama
(pengendalian), Nyama (peraturan-peraturan), Asana (sikap tubuh), Pranayama
(latihan pernafasan), Prathyahara (menarik semua indrinya kedalam), Dharana
(telah memutuskan untuk memusatkan diri dengan Tuhan), DHYANA(mulai meditasi
dan merenungkan diri serta nama Tuhan), dan Samadhi (telah mendekatkan diri,
menyatu atau kesendirian yang sempurna atau merialisasikan diri).
Aplikasi dari
ajaran Astangga Yoga di jaman Kali Yuga ini masih sangat minim. Hal itu
disebabkan karena jaman globalisasi membuat pola pikir seseorang untuk
benar-benar berniat mengamalkan ajaran ini masih cukup rendah. Jika kita
telusuri apa yang disebut Yoga oleh orang-orang moden sangat jauh berbeda dari
sistem Yoga aslinya. Saat ini orang-orang hanya fokus mempraktekkan tingkatan
Raja Yoga yang ketiga dan yang keempat, yaitu Asana (sikap duduk) dan Pranayama
(teknik pernapasan) dan semata-mata hanya untuk alasan kesehatan, umur panjang
bahkan meningkatkan nafsu birahai semata. Walaupun secara material bermanfaat,
namun mereka tidak memahami tujuan utama dari sistem Yoga itu sendiri.
Pada dasarnya Yoga berarti penghubungan atau pengaitan jiva individual dengan Yang Maha Kuasa, dengan kata lain tujuan utama dari sistem Yoga adalah untuk menghubungkan diri kita yang rendah dengan Tuhan Yang Maha Kuasa, bukan semata-mata hanya untuk kepentingan kesehatan dan hal-hal material lainnya. Dengan demikian syarat utama yang dimiliki oleh seorang calon praktisi Yoga adalah kepercayaan akan adanya Tuhan. Seorang yang atheis tidak bisa mengikuti sistem ini. Kalaupun dia mengikutinya, dia hanya akan mentok sampai pada tingkatan asana dan pranayama yang tujuannya hanya sebatas kesehatan fisik. Disamping itu, seorang praktisi Yoga juga harus memiliki dasar moral dan disiplin tinggi. Meskipun dikatakan bahwa selama kita ada dalam tubuh manusia, tidak perduli berapa umur kita, jenis kelamin dan kondisi fisik, namun tanpa dasar moral yang baik dipastikan seseorang tidak akan pernah bisa menapak sistem Yoga. Karena itulah dua tingkatan pertama memelihara sifat kejam, suka mabuk dan kejahatan-kejahatannya otomatis.
Pada dasarnya Yoga berarti penghubungan atau pengaitan jiva individual dengan Yang Maha Kuasa, dengan kata lain tujuan utama dari sistem Yoga adalah untuk menghubungkan diri kita yang rendah dengan Tuhan Yang Maha Kuasa, bukan semata-mata hanya untuk kepentingan kesehatan dan hal-hal material lainnya. Dengan demikian syarat utama yang dimiliki oleh seorang calon praktisi Yoga adalah kepercayaan akan adanya Tuhan. Seorang yang atheis tidak bisa mengikuti sistem ini. Kalaupun dia mengikutinya, dia hanya akan mentok sampai pada tingkatan asana dan pranayama yang tujuannya hanya sebatas kesehatan fisik. Disamping itu, seorang praktisi Yoga juga harus memiliki dasar moral dan disiplin tinggi. Meskipun dikatakan bahwa selama kita ada dalam tubuh manusia, tidak perduli berapa umur kita, jenis kelamin dan kondisi fisik, namun tanpa dasar moral yang baik dipastikan seseorang tidak akan pernah bisa menapak sistem Yoga. Karena itulah dua tingkatan pertama memelihara sifat kejam, suka mabuk dan kejahatan-kejahatannya otomatis.
Daftar Pustaka
Adiputra, I Gede Rudia “Tattwa Darsana” Jakarta : Yayasan Dharma sarathi 1990
Ali, Matius “ Filsafat India” Tangerang : Sanggar Luxor 2010
Hadiwijono, Harun “ Sari Filsafat India” Jakarta : Gunung mulia 1985
Manaf, Abdul Mudjahid. “ Sejarah Agama-Agama” Jakarta : Raja Grafindo Persada 1994
http://id.wikipedia.o
Tidak ada komentar:
Posting Komentar